SISTEMA DIGESTI
Tinjauan Pustaka
Sistem Digesti Ruminansia
Pencernaan
dapat diartikan sebagai pengelolaan pakan sejak masuk mulut hingga pakan dapat
diabsorbsi oleh usus. Pengelolaan pakan dapat dilakukan dengan dua jalan yaitu
secara mekanik dan khemik. Sistem pencernaan berguna untuk mengubah zat-zat
yang terdapat di dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga
dapat diserap dan digunakan sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain
untuk keperluan metabolisme. Sistem pencernaan ternak ruminansia berupa sistem
pencernaan poligastrik, terdiri atas mulut, oesophagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum, small intestinum
(usus halus), coecum, large intestinum (usus besar), rektum, dan anus (Frandson,
1992).
Lambung
ruminansia yang terdiri atas empat bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7 sampai 8%, dan abomasum
7 sampai 8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi (Srigandono,
1996). Kemampuan dari ternak ruminansia adalah mengembalikan makanan dari retikulum-rumen
ke mulut yang disebut dengan regurgitasi, untuk dikunyak kembali. Proses
ruminasi pada ternak ruminansia, yaitu regurgitasi, remastikasi,
reinsalivasi dan redeglutisi (Kamal, 1994).
Domba sering melakukan
ruminasi atau memamah biak, terutama ketika dalam keadaan istirahat. Bolus
dalam rumen akan dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah menjadi halus.
Setelah halus, pakan tersebut akan ditelan lagi dan masuk menuju retikulum.
Bentuk retikulum menyerupai sarang lebah mencegah benda-benda asing (seperti
kawat) untuk tidak terus bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut. Retikulum
sering kali tertusuk oleh benda-benda tajam sehingga menyebabkan penyakit hardware. Keadaan ini dapat bersifat
fatal karena letak jantung berdekatan dengan retikulum (Purbowati, 2009).
Sistem Digesti Unggas
Organ
pencernaan unggas khususnya ayam terdiri atas mulut (paruh), oesophagus, tembolok (crop),
proventikulus, empedal (gizzard),
duodenum, jejenum, ileum, sekum (usus buntu), rektum, dan kloaka. Adapun organ
pencernaan tambahannya adalah hati, getah empedu, pankreas, dan lien atau
spleen (Yuwanta, 2004).
Proses digesti
pada unggas khususnya pada ayam mempunyai alat pencernaan yang khas, misalnya
pada gizzard yang di dalamnya
terdapat grid (kerikil atau pasir halus) yang membantu proses pencernaan secara
mekanik. Tembolok (crop) yang merupakan pembesaran oesophagus, berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan sebelum
masuk ke dalam proventikulus, disamping itu terdapat beberapa bakteri yang
aktif yang dapat menghasilkan asam organik, yaitu: asam asetat dan asam laktat.
(Kamal, 1994)
Pola
pencernaan makanan pada unggas umumnya mengikuti pola pencernaan makanan pada
ternak non ruminansia. Tetapi terdapat berbagai modifikasi. Unggas memiliki
usus besar yang pendek dibandingkan dengan hewan non ruminansia yang lain. Di
usus besar ini aktivitas jasad renik, tetapi sangat rendah dibandingkan dengan
ternak non ruminansia lain (Hartadi dkk., 2008).
Sistem Digesti Kelinci
Organ pencernaan
kelinci terdiri dari mulut, oesophagus,
stomach, small intestinum, caecum,
colon, rektum, dan anus. Kelinci makan dan mengunyah makanannya kurang
lebih 300 kali, lalu makanan turun ke oesophagus
(kerongkongan). Makanan masuk ke lambung, tetapi reaksi sebenarnya bukan di
sana. Lambung menyimpan makanandan isinya disterilisasi dan dipindahkan ke usus
halus. Di usus halus, 90% protein, karbohidrat, dan gula diserap dari makanan.
Kemudian bahan-bahan berserat yang tidak tercerna bergerak dan diseleksi. Serat
bergerak ke colon (usus besar) dan membentuk tinja yang keras. Sisa makanan
yang siap untuk dicerna bergerak ke caecum
yang lebih besar dari lambung. Tinja keras yang melewati caecum digerakkan ke colon dalam gerakan memutar dan
membentuk bola-bola bulat dan keras (Anonim, 2000).
Caecum adalah batas antara usus halus dan usus besar. Caecum berisi enzim-enzim dan bakteri
pemecah makanan. Setiap 3 sampai 8 jam sehari caecum berkontraksi dan mendorong bahan-bahan tersebut kembali ke colon dimana bahan-bahan tersebut
dibungkus oleh sejenis lendir, kemudian keluar melewati anus. Kelinci mencerna
kembali cocethropes untuk mendapatkan
lebih banyak nutrisi. Ini adalah bagian yang sangat penting dari proses
pencernaan agar kelinci tetap sehat (Anonim, 2000).
Kelinci dewasa
menyerap protein sampai 90%. Protein dari alfalfa, sebagai contohnya, tidak
dapat dicerna oleh kelinci. Kelinci sangat payah dalam hal mencerna selulosa
(Fraga, 1990). Daya cerna yang lemah terhadap serat dan kecepatan pencernaan
kelinci untuk menyingkirkan semua partikel yang sulit dicerna menyebabkan
kelinci membutuhkan jumlah makanan yang besar atau banyak (Sakaguchi, 1992).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan adalah lembar kerja, penggaris, alat tulis,
sarung tangan, dan masker.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah awetan organ pencernaan ayam, domba,
dan kelinci.
Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah
pengukuran panjang dan lebar dari organ-organ pencernaan, menerangkan fungsi
dari organ-organ tersebut, dan menggambarkan awetan organ pencernaan ayam dan
domba dengan memperhatikan semua bagian-bagiannya.
Hasil dan Pembahasan
Sistem Digesti Ruminansia
Organ
pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, oesophagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum, small intestinum
(duodenum, jejenum, ileum), large intestinum, rektum, dan anus (Kamal, 1994).
Mulut berperan sebagai alat prehensil. Mulut utamanya digunakan untuk memotong,
menggiling pakan, dan mencampurnya dengan saliva. Prehensil pada kambing menggunakan
gigi (Frandson, 1992). Dari pecobaan digesti pada
ruminansia khususnya pada domba diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Bagian-bagian dan
ukuran organ digesti pada ruminansia
Organ Pencernaan
|
Ukuran
|
|
Panjang (cm)
|
Lebar (cm)
|
|
Oesophagus
Lambung
-
Rumen
-
Retikulum
-
Omasum
-
Abomasum
Small intestinum
-
Duodenum
-
Jejunum
-
Ileum
Coecum / ceka
Large intestinum
Rektum
Anus
|
20
-
14
10
7,5
19
-
85
713
506
52
212
32
6
|
2
-
15
7,5
5,5
6
-
1
0,9
1
2,8
1,6
1,8
2,5
|
Pencernaan di
dalam mulut terjadi secara mekanik dan kimiawi. Di dalam mulut terjadi proses
mastikasi, salivasi, dan deglutisi. Menurut Kamal (1994), mastikasi bertujuan
untuk menghaluskan atau mengecilkan ukuran pakan sehingga mempercepat
hidrolisis, mencegah terjadinya luka pada saluran pencernaan, dan memudahkan
penelanan. Salivasi merupakan pencampuran air ludah dan makanan yang berfungsi
sebagai pelincir saat penelanan. Air liur mengandung kira-kira 99% air dan 1%
yang terdiri dari musin, mineral-mineral, dan enzim alfa-amilase (Hartadi dkk.,
2008). Saliva dicurahkan ke dalam mulut oleh tiga pasang kelenjar saliva yaitu
kelenjar submaksilaris dan kelenjar submandibularis yang terletak pada setiap
sisi rahang bawah, kelenjar sublingualis yang terletak di bawah lidah, dan
kelenjar parotis yang terletak di depan masing-masing telinga (Kamal, 1994).
Oesophagus
merupakan tempat lewatnya makanan dari mulut ke stomach, yang merupakan saluran dari pharinx ke kardia (Kustono dkk., 2008). Oesophagus tidak mengsekresikan enzim sehingga tidak mempunyai
fungsi pencernaan kemik. Organ ini dilapisi membran mukosa pada permukaannya (Hartadi
dkk., 2008).
Lambung pada ternak
ruminansia dibagi menjadi empat ruangan, terdiri dari rumen, retikulum, omasum,
dan abomasum. Rumen berbentuk kantong muskular yang besar terentang
dari diafragma menuju ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga perut.
Menurut Kamal (1994), isi rumen tersusun dari air sebanyak 85 sampai 93% dan
sering dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian bawah keadaannya cair dengan partikel-partikel
pakan yang larut dan bagian atas yang mengandung bahan pakan yang masih kasar. Pada
keadaan normal pH isi rumen dipertahankan antara 5,5 sampai 6,5 untuk
mempertahankan kehidupan mikroorganisme yang tidak tahan terhadap pH yang
kurang dari 5,5.
Rumen mulai
berfungsi bila mikroflora dapat ditemukan (kurang lebih 4 sampai 6 minggu), mencerna serat kasar
tergantung mikroflora yaitu jumlah dan kualitasnya. Tanda-tanda bahwa rumen
berfungsi yaitu bau rumen yang tidak enak, turunnya kadar glukosa darah, dan
meningkatnya kadar VFA atau Volatil Fatty
Acid atau asam lemak terbang (Kustono dkk., 2008).
Retikulum merupakan bagian dari lambung yang berbentuk menyerupai sarang tawon
atau lebah, terletak di belakang diafragma, dan pada bagian dalamnya diselimuti
oleh membran mukosa. Di dalam retikulum terjadi proses ruminasi yaitu
regurgitasi, reinsalivasi, remastikasi, dan redeglutisi. Regurgitasi adalah
proses dimana pakan yang sudah masuk dari rumen menuju retikulum, dikembalikan
lagi ke mulut ternak ruminansia. Reinsalivasi adalah pencampuran air ludah
(saliva) dengan pakan. Remastikasi adalah proses pengurangan ukuran pakan
contohnya mengunyah, memotong, dan menghaluskan. Redeglutisi merupakan proses
penelanan kembali pakan ke dalam stomach. Di dalam reticulum terdapat mikroorganisme
yang dapat memecah selulosa dan karbohidrat komplek yang lain, yang mana pada
manusia atau mamalia lain proses enzimatik tidak dapat menghidrolisisnya.
Omasum merupakan
bagian lambung yang ketiga, terletak di sebelah kanan rumen dan retikulum. Permukaan
omasum terdapat lamina-lamina, berbentuk seperti buku-buku. Fungsi utama omasum
yaitu menggiling makanan atau partikel makanan,
mengabsorbsi asam lemak terbuang. Sifat mengabsorbsi air pada omasum
berfungsi untuk mencegah turunnya pH pada abomasum. Omasum domba dan kambing
jauh lebih kecil dibandingkan omasum sapi (Frandson, 1992).
Abomasum merupakan bagian perut
keempat, terletak diventral dari omasum. Abomasum sering disebut perut sejati.
Abomasum memiliki pH rendah. Menurut Kamal (1994), abomasum berfungsi sebagai
lambung tunggal mirip seperti pada non-ruminansia yang menghasilkan getah
lambung berisi pepsin. Sejak dari abomasum dan organ pencernaan berikutnya,
proses pencernaan dan absorpsi sama dengan ternak berlambung tunggal atau
non-ruminansia.
Small Intestinum atau usus halus terdiri atas tiga bagian yaitu
duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum,
jejenum, dan ileum bersambungan dengan batas yang tidak jelas. Duodenum
terhubung dengan jejenum, jejenum terhubung dengan ileum, dan ileum terhubung
dengan coecum kemudian large
intestinum. Pada permukaan small intestinum terdapat fili-fili (jonjot-jonjot)
yang memperlebar luas permukaan penyerapan. Penyerapan sari-sari makan
tertinggi terdapat pada jejenum dan ileum. Di dalam small intestinum terdapat
empat macam getah pencernaan yaitu getah duodenum, getah pankreas, empedu, dan
getah villi. Getah duodenum bersifat basa, berguna untuk membasahi dan
melindungi dinding duodenum dari HCl lambung. Beberapa macam getah villi yaitu
sukrase, maltase, laktase, dan oligo glukosidase. Sukrase menghidrolisis
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Maltase menghidrolisis maltosa menjadi
glukosa dan glukosa. Laktase menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa. Oligo glukosidase bekerja pada ikatan alfa dari dekstrin (Kamal,
1994).
Large Intestinum atau usus besar terdiri atas coecum,
kolon, dan rektum. Kolon terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar, dan
turun. Di dalam kolon terjadi penyerapan zat-zat yang mungkin masih dapat
digunakan oleh tubuh ternak dan air. Menurut Kamal (1994), pencernaan large
intestinum dilakukan oleh enzim yang terbawa bersama-sama pakan dari bagian
saluran pencernaan sebelumnya atau oleh enzim yang berasal dari aktifitas
mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut adalah tipe proteolitik yaitu
laktobasilus, streptokokus, koliform, bakteroida, klostridia, dan ragi. Di
dalam usus besar terjadi sintesis beberapa macam vitamin B yang dapat langsung
diabsorpsi untuk dimanfaatkan oleh ternak.
Rektum
merupakan bagian dari large intestinum yang berfungsi sebagai tempat
penampungan kotoran atau feses sebelum dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
anus. Rectum lebih lebar daripada large intestinum, namun panjangnya jauh lebih
pendek.
Anus merupakan
tempat keluarnya feses yaitu hasil-hasil metabolisme yang berwujud padat. Feses
menurut Kamal (1994), tersusun dari air, sisa-sisa pakan yang tidak tercerna,
getah dari saluran pencernaan, sel-sel epitel usus, bakteri (mikroorganisme),
garam organik, indol, skesol, dan hasil-hasil dekomposisi yang lain dari
bakteri.
Sistem Digesti Unggas
Unggas adalah jenis ternak bersayap dari klas aves yang telah
didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk
memberikan nilai ekonomis dalam bentuk barang (daging dan telur) dan jasa (pendapatan).
Termasuk kelompok unggas adalah ayam (petelur dan pedaging), ayam kampung,
itik, kalkun, burung puyuh, burung merpati, dan angsa (Yuwanta, 2000).
Organ
pencernaan unggas khususnya ayam terdiri dari mulut (paruh), oesophagus, tembolok (crop), proventikulus,
empedal (gizzard), duodenum, jejenum,
ileum, coecum, rektum, dan kloaka.
Organ pencernaan tambahannya adalah hati, getah empedu, pankreas, dan Lien atau
spleen. Mulut unggas berupa
paruh untuk mematuk makanan. Unggas tidak mempunyai gigi tetapi mempunyai lidah
yang kaku berperan dalam penelanan makanan. Mulut hanya digunakan untuk lewat
sesaat. Mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva.
Saliva juga digunakan untuk membasahi pakan agar mudah ditelan. Produksi saliva
7 sampai 30 ml perhari, tergantung pada jenis pakan. Sekresi saliva dipacu oleh
saraf parasimpatik (Yuwanta, 2004).
Dari percobaan digesti unggas yaitu pada ayam diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tablel 2 Bagian-bagian dan
ukuran organ digesti pada unggas
Organ Pencernaan
|
Ukuran
|
|
Panjang (cm)
|
Lebar (cm)
|
|
Oesophagus
Crop
Proventikulus
Gizzard
Small intestinum
-
Duodenum
-
Jejunum
-
ileum
Coeca
-
coecum kiri
-
coecum kanan
Large intestinum
Rektum
Kloaka
|
13
3,5
4,5
5
-
40
50
56
-
14,5
15
4
3
5
|
0,7
2
2
3,8
-
0,7
0,8
0,7
-
0,9
0,7
0,7
2,5
3,5
|
Oesophagus
merupakan
saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang
masuk. Oesophagus memanjang dari pharynx hingga proventrikulus melewati
crop. Organ ini menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan
menuju tembolok (Yuwanta, 2004).
Crop atau tembolok merupakan pelebaran oesophagus yang tidak terdapat pada
non-ruminansia lain (Hartadi dkk., 2008). Crop digunakan untuk menyimpan pakan
sebelum masuk ke dalam proventikulus. Terdapat beberapa bakteri yang aktif,
yang dapat menghasilkan asam organik yaitu asam asetat dan asam laktat (Kamal,
1994). Kapasitas crop mampu menampung pakan 250 gram. Terdapat saraf yang
berhubungan dengan pusat kenyang-lapar di hipotalamus sehingga banyak sedikitnya
pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan respon pada saraf untuk
makan atau menghentikan makan (Yuwanta, 2004).
Proventikulus atau lambung kelenjar merupakan tempat terjadinya
pencernaan secara enzimatis yang menyekresikan pepsinogen dan HCl. Setelah
pakan bercampur dengan getah lambung, kemudian pakan masuk ke dalam gizzard atau empedal atau empela. Di dalam empedal terjadi
pencernaan secara mekanik oleh grit (batu kecil dan pasir berasal dari luar
tubuh unggas). Makanan atau biji-bijian dihancurkan sampai menjadi bentuk
pasta, kemudian masuk ke dalam usus halus. Menurut Kustono dkk (2008), gizzard bersifat asam dengan pH 2 sampai
3,5 dan tidak ada digesti enzim.
Small intestinum atau usus halus pada unggas juga terdiri dari 3 bagian, yaitu duodenum, jejenum,
ileum. Duodenum menyekresikan enzim-enzim berupa Enteropeptidase, Pankreosimin, dan Sekretin. Jejenum dan ileum menyekresikan Disakaridase, Aminopeptidase, Dipeptidase, dan Esterase. Penyerapan sari-sari makanan paling tinggi dalam usus
halus yaitu terdapat pada jejenum dan ileum. Pada lipatan duodenum terdapat
kelenjar yang disebut pankreas. Di dalam jejenum dan ileum terdai absorpsi
nutrient. Pada dinding small intestinum dilapisi oleh fili-fili (Yuwanta,
2000).
Unggas
memiliki coecum yaitu sepasang coeca (saluran buntu). Coecum berfungsi dalam penyerapan air.
Menurut Yuwanta (2004), coecum berukuran
panjang 20 cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh
mikrobia coecum, tetapi jumlah
penyerapannya kecil sekali. Beberapa jenis penyakit (misalnya koksidiosis pada
ayam dan blackhead pada kalkun) dapat
berkembang dengan baik pada coecum.
Pada coecum juga terjadi digesti
serat kasar yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar. Coecum itik lebih berkembang daripada coecum pada ayam.
Large
intestinum atau usus besar pada
unggas lebih pendek jika dibandingkan dengan usus hewan non-ruminansia lain.
Usus besar menyerap zat-zat yang mungkin masih dibutuhkan oleh tubuh unggas dan
menyerap air. Pada beberapa sumber buku, disebutkan bahwa large intestinum pada
unggas sama dengan rektum. Rektum merupakan penampung kotoran sementara yang
terhubung dengan kloaka. Menurut Yuwanta (2004), pada bagian rektum juga
bermuara ureter dari ginjal untuk membuang urin yang bercampur dengan feses
sehingga feses unggas dinamakan ekskreta.
Kloaka
merupakan tempat keluarnya ekskreta (Yuwanta, 2000). Kloaka pada unggas terdiri
dari 3 bagian, yaitu kuprodeum, urodeum, dan
protodeum. Kuprodeum merupakan muara tempat keluarnya feses. Urodeum merupakan muara tempat keluarnya
urin. Protodeum merupakan saluran
reproduksi. Feses dari rektum dan telur dari
oviduct semuanya lewat kloaka yang kemudian keluar melalui vent.
Organ tambahan
dalam system pencernaan yaitu pankreas, hati, limfa, dan Lien. Pankreas
merupakan kelenjar yang terdapat pada lipatan duodenum yang mensekresikan getah
pankreas, hormon, dan enzim. Getah pankreas berfungsi dalam pencernaan pati,
lemak, dan protein. Hormon yang disekresi oleh pankreas yaitu hormon insulin
dan glukagon. Hormon insulin berfungsi mengatur kadar gula darah yaitu dengan
memecah glukosa menjadi glikogen. Hormon glukagon berfungsi kebalikan dari
hormon insulin. Ada pun enzim yang dihasilkan pankreas yaitu enzim amilase,
tripsin, dan lipase (Yuwanta, 2000).
Hati atau
hepar terletak diantara gizzard dan
duodenum. Hati berfungsi mensekresikan getah empedu. Getah empedu berfungsi
untuk mengemulsikan lemak, menetralkan asam lambung (HCl), dan membentuk sabun
terlarut dengan asam lemak bebas (Yuwanta, 2000).
Llimfa berbentuk
agak bundar, berwana kecoklatan. Limfa terletak pada titik antara
proventikulus, gizzard, dan hati.
Lien atau spleen berfungsi memecah sel darah merah dan sel darah putih. Makanan
unggas, terutama protein kasar dalam pakan, mengalami degradasi (Yuwanta,
2000).
Sistem Digesti Kelinci
Mulut. Di
dalam mulut terjadi pencernaan secara mekanik yaitu dengan jalan mastikasi.
Mastikasi bertujuan untuk memecah pakan agar menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil dan mencampurnya dengan saliva. Saliva mengandung enzim amilase yang
mengubah pati menjadi maltosa agar mudah ditelan (Umar, 1992).
Oesophagus.
Kelinci makan dan mengunyah makanannya sekitar 300 kali dan memutar
makananannya ke kedua sisis rongga mulut, dan mengunyah makanannya turun ke
oesophagus (kerongkongan). Oesophagus merupakan lanjutan dari pharinx dan masuk
ke dalam cavum abdominale dan bermuara pada bagian ventrikulus (Anonim, 1990).
Ventrikulus.
Lambung kelinci disebut juga ventrikulus yang terdiri dari tiga bagian yaitu
bagian awal (kardia), bagian tengah (fundus), dan bagian akhir (pilorus).
Ventrikulus berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan dan tempat terjadinya
proses pencernaan dimana dinding lambung mensekresikan getah lambung yang
terdiri dari air, garam organik, mucus, HCl, pepsinogen, dan faktor intrinsik
yang penting untuk efisiensi absorpsi vitamin B 12. Pada umumnya sekitar 0,1 N
atau ber-pH lebih kurang dari 2 (Umar, 1992).
Usus halus.
Terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum. Kelenjar banner menghasilkan getah
duodenum dan disekresikan ke dalam duodenum melalui vili-vili dan getah ini
bersifat basa. Getah pankreas yang dihasilkan diekskresikan ke dalam duodenum
dan ileum di sebelah caudal ventrikulus dan berfungsi sebagai tempat arbsorpsi
makanan (Umar, 1992).
Coecum.
Berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabu-abuan. Coecum di dalamnya
makanan disimpan dalam waktu sementara. Pencernaan selulosa dilakukan oleh
bakteri yang menghasilkan asam asetat, propionat, dan butirat (Aminudin, 1996).
Intestinum
crassum. Colon berjalan ke arah caudal diagonal menyilang coecum. Di sini
terdapat asceden dan colon transverasum, colon descenden, colon sigmoideum yang
belum jelas (Aminudin, 1996).
Rektum. Rektum
merupakan kelanjutan dari colon dan membentuk feses. Rektum berakhir sebagai
anus (Aminudin, 1996).
Anus. Feses
yang keluar lewat anus mengandung air. Feses merupakan sisa makanan yang tidak
tercerna. Cairan dari tracus digestivus, sel-sel epitel usus, mikroorganisme,
garam organik, strearol, dan hasil dekomposisi dari bakteri keluar melalui anus
(Umar, 1992).
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem pencernaan
ruminansia (poligastrik) pada domba
terdiri dari mulut, oesophagus panjang
20cm lebar 2cm, rumen panjang 14cm lebar
15cm, retikulum panjan 10cm lebar 7,5cm, omasum panjang 7,5cm lebar 5,5cm,
abomasum panjang 19cm lebar 6cm, small intestinum (duodenum panjang 85cm lebar
1cm, jejenum panjang 713cm lebar 0,9cm, dan ileum panjang 506cm lebar 1cm), coeca
panjang 52cm lebar 2,8cm, large intestinum panjang 212cm lebar 1,6cm, rektum panjang
32cm lebar 1,8cm, dan anus panjang 6cm lebar 2,5cm. Abomasum merupakan lambung
sejati pada ruminansia.
Sistem
pencernaan non-ruminansia (monogastrik)
pada ayam terdiri dari mulut atau paruh, oesophagus
panjang 13cm lebar 0,7cm, crop panjang 3,5cm lebar 2cm, proventrikulus panjang 4,5cm
lebar 2cm, gizzard panjang 5cm lebar
3,8cm, small intestinum (duodenum panjang 40cm lebar 0,7 cm, jejenum panjang 50cm
lebar 0,8cm, dan ileum panjang 56cm lebar 0,7cm), coecum kanan panjang 15cm
lebar 0,7cm, coecum kiri panjang 14,5cm lebar 0,9cm, large intestinum panjang 4cm
lebar 0,7cm, rektum panjang 3cm lebar 2,5cm, dan kloaka (kuprodeum, urodeum,
dan protodeum) sepanjang 5cm dan lebarnya 3,5cm.
Sistem
pencernaan kelinci terdiri dari mulut, oesophagus,
stomach, small intestinum, caecum, colon,
rektum, dan anus.
Daftar Pustaka
Anonim.
2000. Sistem Pencernaan Kelinci. Available at http://kelincihias-semarang.com/index.php?option=com_content&view=article&id=236:sistem-pencernaan-kelinci&catid=41:umum.
Diakses pada hari Jumat, 23 April 2011 pukul 10.05 WIB
Anonim.
1990. Anantomi Hewan. Yogyakarta. Laboratorium Anantomi Hewan. Fakultas
Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Aminudin.
1996. Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta
Frandson
R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hartadi,
H., Kustantinah, E. Indarto, N.D. Dono, dan Zuprizal. 2008. Bahan Ajar. Nutrisi
Ternak Dasar. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM
Kamal,
Muhammad. 1994. Nutrisi Ternak 1. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.
Kustono,
D.T. Widayati, Ismaya, dan S. Bintara. 2008. Bahan Ajar. Fisiologi Ternak.
Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak. Bagian Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan. UGM
Purbowati,
Endang. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya. Depok
Sakaguchi,
E. 1992. Fibre digestion and digesta retention from different physical forms of
the feed in the rabbit. Comparative
Biochemistry and Physiology 102A, no. 3: 559-63.
Srigandono, B. 1996. Kamus
Istilah Peternakan. Edisi Revisi. Gadjah Mada University Press.
Umar. 1992. Beternak
Kelinci Potong. Penebar Swadaya. Depok
Yuwanta, Tri. 2000. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar
Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakart
Tidak ada komentar:
Posting Komentar