LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN PAKAN DAN
FORMULASI RANSUM
Disusun oleh :
Nuraini
Sinarasati
10/301502/PT/05871
PENDAHULUAN
Bahan pakan (feed stuff) adalah setiap bahan yang dapat dimakan,
disukai, dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, tidak membahayakan bagi
pemakannya. Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang spesifik menurut kegunaannya
bahan pakan dibagi menjadi 8 (delapan) kelas, yaitu hijauan kering dan jerami
kering, hijauan segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber
vitamin, dan aditif pakan, (Utomo et al., 2008).
Praktikum bahan pakan dan formulasi
ransum bertujuan untuk menganalisis proksimat, mengetahui kandungan nutrisi
dalam sampel bahan pakan. Manfaat praktikum analisis proksimat adalah
mengetahui kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar
serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa Nitrogen (BETN). Praktikum kali ini menggunakan konsentrat untuk diteliti. Konsentrat yang
digunakan adalah tepung jagung kuning.
HASIL DAN PEMBAHASAN
ANALISIS PROKSIMAT
TEPUNG JAGUNG
Pengamatan
Fisik
Setelah
dilakukan penimbangan terakhir, dilakukan pengamatan fisik yang bertujuan untuk
mengidentifikasi jenis bahan pakan. Tahap pengidentifikasian bahan pakan, yaitu
:
Tabel 1.
Pengamatan fisik
Parameter
|
Pengamatan
|
Tekstur
|
Halus agak
kasar
|
Warna
|
Kuning kecoklatan
|
Bau
|
Seperti
bekatul
|
Rasa (bila
perlu)
|
Tawar
|
Berdasarkan
hasil pengamatan fisik pada table 1, bahan pakan yang diamati memiliki tekstur
yang halus agak kasar, berwarna kuning kecoklatan, berbau seperti bekatul, dan rasanya
tawar. Dari hasil pengamatan diprediksi bahan pakan tersebut adalah tepung jagung.
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis
tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke
Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Orang
Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia,
jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi.
Tanaman ini memiliki banyak kegunaan, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan
untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun muda
dapat digunakan untuk pakan ternak. Batang
dan daun tua (setelah panen)
digunakan untuk pupuk hijau atau kompos. Batang
jagung sebagai lanjaran (turus)
dan pulp atau bahan kertas. Buah jagung muda (putren, Jawa) digunakan untuk sayuran (Anonim, 2010).
Jagung adalah biji-bijian yang paling
banyak mendapat perhatian peneliti. Jagung sangat disukai ternak (palatable),
dapat digunakan oleh sapi atau kerbau dari segala umur, memenuhi syarat sebagai
sumber energi, karbohidrat dan kecernaan lemaknya tinggi, mudah disimpan, mudah
digunakan bersama bahan makanan lain, dan yang kuning merupakan sumber karoten
yang baik (Parakkasi, 1995).
Jagung (Zea mays) mempunyai
kandungan protein rendah dan beragam dari 8 sampai 13%, tetapi kandungan serat
kasarnya rendah (3,2%) dan kandungan energi metabolismenya tinggi yaitu 3130
kkal/kg. oleh karena itu, jagung merupakan sumber energi yang baik. Kandungan
serat kasarnya yang rendah memungkinkan jagung digunakan dalam tingkat yang
lebih tinggi. Jagung juga mempunyai kandungan asam linoleat yang baik dan juga
sumber asam lemak esensial yang baik. Kandungan protein dan serat kasar jagung
lebih rendah dibandingkan pada barley, oats, dan gandum (Agus, 2008).
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Biji Jagung Kuning
Parameter
|
Literatur
|
Bahan Kering (%)
|
86 %
|
Abu (%)
|
1,7%
|
Serat Kasar (%)
|
2,2%
|
Protein kasar (%)
|
8,9 %
|
Ekstrak Eter (%)
|
4,0 %
|
BETN (%)
|
68,6 %
|
(Hartadi et al., 2005)
Konsentrat (concentrate) adalah
suatu bahan makanan yang dipergunakan bersama bahan makanan lain untuk
meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan. Tujuan pemberian
konsentrat pada pakan yaitu untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen atau
makanan pelengkap. Contohnya, jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, dan
sebagainya (Hartadi et al., 2005).
Di dalam bahan pakan terdapat suatu zat
yang dapat mengganggu kesehatan ternak bahkan dapat mematikan. Zat tersebut
disebut anti kualitas atau disebut juga anti nutrien. Anti kualitas dapat
dibagi menjadi 5 yaitu zat glukosida, zat alkaloid, asam-asam, asam amino, dan
protein (Utomo et al., 2008). Jagung memiliki zat anti nutrisi yaitu selenoamino
acids atau seleniferous (Anonim, 2008).
Analisis
Proksimat
Analisis proksimat merupakan suatu
metode analisis dan menggolongkan komponen yang ada pada makanan (Hartadi et
al., 2008). Disebut analisis proksimat karena nilai yang diperoleh haya
mendekati nilai komposisi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil praktikum
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil
analisis proksimat
Parameter
|
Pengamatan
|
||
I
|
II
|
Rata-rata
|
|
Kadar Air
(%)
|
9,17 %
|
9,26 %
|
9,215 %
|
Bahan kering
(%)
|
90,83%
|
90,74%
|
90,785%
|
Protein
kasar (%)
|
12,12%
|
5,455%
|
8,7875%
|
Serat kasar
(%)
|
7,45%
|
7,27%
|
14,72%
|
Lemak kasar
(%)
|
7,80%
|
10,66%
|
9,23%
|
Abu (%)
|
3,38%
|
3,02%
|
3,2%
|
BETN (%)
|
67,448 %
|
70,996%
|
69,222%
|
Total
|
Penetapan Kadar
Air. Air yang
terkandung di dalam suatu bahan pakan akan menguap seluruhnya apabila
bahan tersebut dipanaskan selama
beberapa waktu pada suhu 105 sampai 110o C (Tilman et
al., 1998). Bahan pakan konsentrat pada
umumnya berada pada kondisi kering udara atau dry weight dan sering
disebut kondisi as fed yaitu keadaan apa adanya (Utomo et al., 2008).
Alat yang
digunakan dalam penetapan kadar air adalah silica disk, desikator, tang penjepit,
oven pengering (105 sampai 1100
C), dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan dalam penetapan kadar
air adalah cuplikan bahan. Penetapan kadar air dilakukan dengan cara silica
disc dibersihkan dan dikeringkan dalam oven 105o sampai 1100 C selama 1
jam lalu didinginkan dalam desikator selama 1
jam. Pemanasan
pada suhu 105-110 ยบ C diharapkan pada suhu tersebut air yang terkandung dalam
bahan tersebut telah menguap semua sehingga diperoleh bobot yang tetap
(Kamal,1994). Silica disc digunakan karena lebih kuat panas
dibandingkan vochdoos. Desikator terbuat
dari besi berfungsi untuk menstabilkan
suhu, sedangkan eksikator terbuat dari kaca yang tebal namun kegunaanya sama
dengan desikator. Kemudian berat silica disk ditimbang (X gram). Sampel bahan
pakan ditimbang beratnya kurang lebih 1 gram dan dimasukkan ke dalam silica
disk. Sampel bahan pakan dan silica disk dikeringkan dalam oven 105o sampai 1100 C selama 8 sampai 24 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 1 jam. Sampel bahan
pakan bersama silica disk ditimbang (Y gram), kemudian kadar air dan
bahan kering dihitung. Didapatkan kadar air dalam keadaan DM 9,215% dan kadar
bahan keringnya 90,785%. Menurut Hartadi et al., (2008) bahwa kadar air dalam tepung jagung kuning
dalam 86% BK adalah 14%. Persentase kadar air yang diperoleh tidak sama dengan
persentase kadar air dalam literatur, hal ini disebabkan oleh kekurang telitian
saat menimbang dan mengukur bahan pakan yang diamati.
Perhitungan
100%
Dimana = X adalah bobot gelas timbang silica disk
Y adalah bobot sampel bahan pakan
Z adalah bobot silica disk + sampel
setelah dioven 105-1100 C
Kadar bahan kering = 100% - kadar air
Penetapan Kadar
Abu. Abu atau mineral diperoleh dengan jalan membakar
sempurna bahan pakan pada temperatur 550o C sampai semua bahan
organik terbakar (Utomo et al., 2008). Alat yang digunakan dalam penetapan
kadar abu adalah silica disk, desikator, tang penjepit, tanur, oven
pengering (105 samapi 1100
C), dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan dalam penetapan kadar abu
adalah cuplikan bahan. Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara silica disk
yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pada suhu 105 sampai 110°C selama 1 jam lalu
didinginkan dalam desikator dan
ditimbang (X gram). Cuplikan bahan ditimbang seberat 1 gram (Y gram) dan
dimasukkan dalam silica disk kemudian
ditanur 550 sampai 600°C
selama 2 jam
hingga berwarna putih seluruhnya. Tujuan sampel ditanur pada suhu 550 sampai
6000C untuk mengoksidasi semua zat organik. Setelah itu suhu diturunkan hingga 120°C
kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama setengah jam. Fungsi sampel
dimasukkan kedalam desikator untuk menghindari terkontaminasinya sampel oleh
udara luar. Setelah dingin ditimbang (Z gram). Kemudian kadar abu dihitung. Didapatkan kadar abu dalam keadaan DM 3,2%. Menurut Hartadi et al., (2008), kadar abu tepung jagung kuning adalah 1,9%.
Kadar abu yang diperoleh tidak sama dengan kadar abu dalam literatur, hal ini
disebabkan oleh sedikitnya kadar air yang diperoleh.
Perhitungan
Dimana, X adalah bobot silica disk
kosong, Y adalah
bobot sampel + silica disk sebelum ditanur, dan Z adalah bobot sampel + silica disk
setelah ditanur.
Kadar bahan organik = 100% - kadar abu
Penetapan Kadar
Serat Kasar. Serat
kasar adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis asam dan basa lemah
(Utomo et al., 2008). Alat yang digunakan dalam penetapan kadar serat
kasar adalah beaker
glass 600 ml,
pemanas,
saringan linen,
serat gelas (glass wool), alat penyaring Buchner atau Crucible,
gelas arloji, tang penjepit, desikator, tanur (550 sampai 6000C), dan
timbangan analitik. Bahan yang digunakan dalam penetapan kadar serat kasar
adalah cuplikan bahan, H2SO4 1,25% (0,255 N), NaOH 1,25 % (0,313 N), dan ethyl alkohol 95%. H2SO4
1,25% (0,255 N) digunakan
untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein. NaOH 1,25 % (0,313 N) digunakan
untuk penyabunan lemak.
Penetapan
kadar serat kasar dilakukan dengan cara menimbang cuplikan bahan sebanyak 1,5 sampai 2,0 gram (X gram) kemudian
dimasukkan ke dalam Beaker glass 600 ml dan ditambahkan H2SO4
200 ml 1,25% lalu dipanaskan hingga mendidih, setelah mendidih kemudian
dihitung selama 30 menit. H2SO4 digunakan
untuk menghidrolisis
karbohidrat dan protein. Kemudian cuplikan tersebut disaring melalui saringan linen dengan
bantuan pompa hampa.
Hasil saringan (residu) dimasukkan
ke dalam Beaker glass dan ditambahkan 200 ml NaOH 1,25% lalu dididihkan,
setelah mendidih kemudian dihitung selama 30 menit. NaOH digunakan untuk penyabunan lemak. Fungsi
perebusan dengan larutan asam terlebih dahulu baru kemudian larutan basa karena
disesuaikan dengan sistem pencernaan pada hewan monogastrik yang tidak bisa
mencerna serat kasar. Kemudian
disaring menggunakan crucible yang telah dilapisi glass wool dengan bantuan
pompa hampa lalu
dicuci dengan air panas dan 15 ml ethyl alkohol 95%. Ethyl alkohol digunakan
untuk mencuci ampas agar terbebas dari lemak. Hasil saringan (termasuk glass wool)
dimasukkan pada alat pengering suhu 105 sampai 1100
C selama 1 malam kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (Y
gram). Crucible dan isinya
dibakar pada tanur bersuhu 550 sampai 6000
C sampai berwarna putih seluruhnya (bebas karbon). Crucible dan isinya
dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator lalu ditimbang (Z gram). Crussible harus
dilapisi glass wool pada saat penyaringan agar sampel tidak ikut
terbuang ketika penyaringan karena lubang penyaringan pada crussible
yang terlalu besar (Kamal, 1994). Kemudian kadar serat kasar dihitung dan didapatkan
kadar serat kasar dalam keadaan DM 14,72%. Menurut Hartadi et al., (2008) bahwa kadar serat kasar tepung jagung kuning
adalah 2,61%. Menurut Tillman
(1998), semakin
tua umur sesuatu tanaman, semakin tinggi serat kasar yang dimiliki. Semakin
muda umur tanaman kadar serat kasarnya semakin rendah sebab, umur tanaman,
jenis tanaman, komposisi tanaman mempengaruhi kadar serat kasar dalam bahan
pakan.
Perhitungan
Dimana, X adalah bobot sample awal, Y adalah bobot sample setelah
dioven 1050 C, dan Z
adalah bobot sisa
pembakaran 550 sampai 6000
C.
Penetapan Kadar
Protein Kasar.
Alat yang digunakan dalam penetapan kadar protein kasar adalah labu Kjeldahl
650 ml, labu Erlenmeyer 65 ml dan 300 ml, gelas ukur 100 ml, buret, corong, pipet volume 25/30 ml,
alat destruksi dan destilasi serta timbangan
analitik. Bahan yang digunakan dalam penetapan kadar protein kasar adalah
cuplikan bahan, H2SO4 pekat, CuSO4 dan K2SO4,
kjeltab, NaOH 50% 0,1 N, H3BO3
0,1 N, indikator mix,
dan Zn logam. Penetapan kadar protein dilakukan melalui 3 tahap yaitu destruksi,
destilasi, dan titrasi.
Reaksi
destruksi, cuplikan bahan ditimbang
seberat 0,5 gram
(Z gram) tergantung dari macam bahan. Dua butir batu didih, 20 ml H2SO4
pekat dan seperempat tablet Kjeltab disiapkan kemudian cuplikan
dimasukkan ke dalam tabung destruksi yang bersih dan kering. Kompor destruksi dihidupkan
kemudian tabung destruksi ditempatkan pada lubang yang ada pada kompor dan
pendingin dihidupkan. Skala yang ada pada kompor destruksi diset kecil kurang
lebih 1 jam. Destruksi diakhiri bila larutan berwarna jernih kemudian
didinginkan dan dilanjutkan proses destilasi.
Reaksi
destilasi, hasil destruksi diencerkan dengan
air sampai volumenya 300 ml kemudian digojog agar larutan homogen. Erlenmeyer
650 ml diisi dengan 50 ml H3BO3 0,1 N dan 100 ml air
serta 3 tetes indikator
mix. Penampung dan labu Kjeldahl dipasang dalam alat destilasi. Air
pendingin dihidupkan (panas maksimum pendingin 800 F) dan tombol
ditekan hingga menyala hijau. NaOH 50% dimasukkandengan cara dispersing
ditekan ke bawah dan harus melalui dinding tabung. Handle steam
diturunkan ke bawah sehingga larutan dalam tabung mendidih. Setelah destilat
mencapai 200 ml, destilasi diakhiri lalu blanko dibuat menggunakan ciplikan
berupa H2O dan didestilasi seperti cara di atas.
Reaksi
titrasi, hasil destilasi dititrasi
dengan HCL 0,1 N sampai timbul perubahan warna. Reaksi ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Kemudian kadar protein kasar dihitung dan didapatkan kadar protein kasar dalam keadaan DM 8,7875%. Menurut Hartadi et al., (2008) bahwa kadar protein tepung jagung kuning
adalah 7,9%.
Perhitungan
Dimana = X adalah jumlah titrasi sample
Y adalah jumlah titrasi blanko
Z adalah bobot sample (gram)
N
adalah normalitas HCl
Penetapan Kadar
Lemak Kasar. Alat
yang digunakan dalam penetapan kadar
lemak kasar adalah seperangkat alat ekstraksi dan selongsong dari Soxhlet,
labu penampung, alat pendingin, oven pengering, desikator, tang penjepit,
timbangan analitik, dan kertas saring bebas lemak. Bahan yang digunakan dalam penetapan
kadar lemak kasar adalah cuplikan bahan dan petroleum benzen.
Ektraktor Soxhlet adalah alat
yang digunakan untuk memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan
menggunakan suatu pelarut cair. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri
(senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan
pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat. Sampel yang telah dibungkus
dengan kertas saring ditempatkan pada tabung ektraktor. Bagian ujung atas
merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola. Ekstraktor Soxhlet
ini merupakan ektraktor kontinyu, pelarut pada labu dipanaskan dan akan
menguap, terkondensasi pada pendingin, selanjutnya pelarut akan masuk pada
ektraktor. Apabila pelarut telah mencapai batas atas kapiler pelarut yang telah
kontak dengan sampel akan masuk pada labu (Anonim, 2008).
Lemak
kasar adalah campuran beberapa senyawa yang larut di dalam pelarut lemak misalnya eter, petroleum, bezen, dan alkohol 100%
(Kartadisatra, 1997). Pelarut lemak yang digunakan dalam praktikum adalah petroleum
benzene. Penggunaan petroleum
benzene disebabkan karena harganya lebih murah.
Penetapan
kadar lemak kasar yaitu cuplikan ditimbang
sekitar 0,5 gram (X gram) dan dibungkus
dengan kertas saring bebas lemak, sebanyak 3 bungkus. Masing-masing dimasukkan
ke dalam oven pengering 105 sampai 110OC
selama semalam. Bungkusan
cuplikan ditimbang dalam
keadaan panas (Y gram). Bungkusan
dimasukkan
ke dalam alat
ekstraks Soxhlet. Labu penampung diisi denga petroleum benzen
sekitar ½ volume. Alat ekstraksi Soxhlet juga diisi sekitar ½ volume
dengan petroleum benzen. Labu penampung dan abung Soxhlet dipasang,
pendingin dan penangas dihidupkan. Ekstraksi selama sekitar 16 jam (sampai petroleum
benzene dalam alat ekstraks berwarna jernih). Pemanas dimatikan, kemudian
sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering (105-110oC)
selama semalam. Dimasukkan dalam desikator semalaman lalu ditimbang (Z gram). Kadar
lemak kasar berdasarkan praktikum ialah 9,23 %. Menurut Hartadi et al., (2008) yang menyatakan
bahwa kadar lemak kasar tepung jagung kuning sebesar 8,0%.
Perhitungan
Kadar lemak
kasar (ekstrak ether) = x 100%
Dimana = X
adalah bobot sampel awal
Y adalah bobot
sampel+kertas saring bebas lemak setelah oven 105OC (belum
ekstraksi)
Z adalah bobot
sampel+kertas saring bebas lemak setelah oven 105OC (setelah
ekstraksi)
Penetapan kadar Bahan
Ekstrak
Tanpa
Nitrogen.
Bahan ekstrak tanpa nitrogen terdiri atas karbohidrat yang mudah larut
terutama pati yang kecernaannya tinggi (Utomo et al., 2008). Penetapan kadar BETN diperoleh dengan dilakukan
perhitungan menggunakan rumus 100% - jumlah % dari kelima fraksi lain. Fraksi-fraksi
tersebut yaitu
air, abu, serat
kasar, protein kasar,
dan ekstrak eter (Tillman,
1998). Didapatkan hasil perhitungan BETN sampel
bahan pakan 67,448%. Menurut Hartadi et al., (2008) menyatakan bahwa kadar BETN tepung jagung
kuning adalah 80,8%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa bahan
pakan yang digunakan dalam praktikum ini adalah konsentrat tepung jagung
kuning. Penentuan nama bahan pakan berdasarkan hasil uji organoleptik atau ciri
fisik bahan pakan yaitu memiliki tekstur yang tidak terlalu halus, berwarna
kuning, baunya seperti bekatul, dan rasanya tawar. Ada pun berat kering yang diperoleh sebanyak 90,785%,
protein kasar 8,7875%, serat kasar 14,72%, lemak kasar 9,23%, abu 3,2%, dan
BETN 70,118%.
DAFTAR PUSTAKA
Agus,
A. 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Ardana Media. Yogyakarta
Anonim.
2008. Potensi Bahan Baku Ransum di Indonesia. Available at http://info.medion.co.id Acces by October 28th 2011
Anonim. 2008. Pengenalan Alat
Laboratorium. Available at: http://labkd.blog.ugm.ac.id/2008.
Acces by October 29th 2011
Anonim.
2010. Budidaya Pertanian : Jagung. Available at http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/jagung.pdf.
Acces by October 20th 2011
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.
D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Hartadi, H., Kustantinah, R. E. Indarto,
N. D. Dono, dan Zuprizal. 2008. Nutrisi Ternak Dasar. Bagian Nutrisi dan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak
Dasar I. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak
Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Tilman,
A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S.
Prawirokusumo,
S., Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Pers. Yogyakarta
Utomo, R.,
S. P. S. Budhi, A. Agus, C. T. Noviandi., dan M. Anim. 2008. Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gadajah Mada.
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar